Sunday, September 22, 2013

Cerita KP Bali - Episode 1

Di sela-sela hecticnya pengerjaan LKP, saya jadi teringat perjalanan hebat dan penuh kesan yang mendalam sebelum, selama, dan sesudah KP di liburan musim panas kemarin. Entah kenapa saya malah jadi ingin bercerita tentang kisah KP saya itu ya. Hehehe. Pasti pada pengen tau kan? Langsung saja deh, kali ini saya hendak menceritakan kisah KP saya di Bali, tepatnya di kota Denpasar, bertempat di sebuah konsultan perencanaan bernama PT Wartha Bakti Mandala.





Pada mulanya, saat sebulan sebelum keberangkatan KP, ketika itu trend obrolan anak-anak Planologi '10 yang terjadi di ruang-ruang kelas maupun studio adalah obrolan mengenai IKP seperti “eh lo mau KP dimana?”, “eh lo udah dapet IKP belom?”, “eh di sini (IKP x) enak ga ya?”, dan masih banyak pertanyaan lainnya yang mengambang karena saat itu memang pencerdasan mengenai KP ini masih dirasa kurang tergalakkan oleh dosen. Ya memang kita harus mandiri mencari segala informasi sendiri, tidak melulu disuapini sama dosen. Jadinya kami harus aktif mencari informasi entah dengan browsing website IKP yang berkaitan atau bertanya langsung dengan senior-senior di kampus. Walau demikian, kami pun tetap saja kebingungan mencari-cari IKP yang ingin dipilih hahaha.

Saya pribadi pun sempat membatin sebenarnya produk dari mahluk bernama KP ini apa sih, selain LKP dan tetek bengeknya. Terlebih lagi kekhawatiran yang melanda diri saya saat itu adalah, pertanyaan apakah saya mampu bertarung dengan mahluk ini? Apa saja yang harus saya persiapkan sebelum saya bertarung dengan mahluk ini? Karena pikiran saya saat itu KP bagaikan mahluk yang memiliki rupa seram *yaelah lebay deh lo -_-. Arti seram di sini maksudnya keadaan ketika kita bakal dijejali tugas-tugas orang kantoran (baik di bidang swasta atau pemerintahan), berinteraksi dan berdiskusi dengan orang yang lebih tua, dan satu hal yang pasti adalah adanya tuntutan untuk bersikap layaknya seorang yang professional, seakan kita sudah membawa gelar sarjana ini namun pada kondisi percobaan yang bernama KP. Ya, intinya KP adalah dimana kita, yang masih berstatus mahasiswa ini, keluar dari zona nyaman kita, zona yang masih berkisar mengenai kehidupan perkampusan, dan ditantang (dilatih sih lebih tepatnya, abis kata ‘ditantang’ kok kayaknya berat banget ye gan. Yasudahlah sami mawon) untuk dapat mengarungi dunia kerja, sesuai dengan bidang yang kita pelajari di akademisi masing-masing keahlian.

Huwah pusing gan. Ngebayangin keadaan yang seperti demikian acap kali membuat hati ini tidak menyangka ketidakpercayaan betapa waktu bergerak dengan cepat, hingga mendapati diri ini pun beranjak semakin tua dan dewasa, sudah saatnya saya mulai membasahi diri dunia kerja dengan bersikap layaknya seorang pekerja sesungguhnya! Baiklah, mari mulai focus me-list beberapa alternative IKP yang saya akan pilih…

Awalnya saya memilih Bappenas dengan alasan sederhana, yakni agar saya bisa meluangkan waktu lebih banyak bersama keluarga karena letak instansi yang dituju masih berada di dalam kota. Saking berniatnya ingin KP di sana, saya pun sampai mengunjungi kantor tersebut yang berada di dekat Masjid Sunda Kalapa, Jakarta Pusat. Saya ditemani oleh sahabat saya sedari SMA, Pratiwi Rope, mahasiswi S1 Fakultas Ekonomi UI yang kebetulan dia juga hendak mencari-cari pengalaman kerja sampingan di sana. Saya menanyakan perihal syarat-syarat untuk dapat KP di instansi tersebut  dan saya pun bertemu dengan Ibu Endah, Biro SDM Kepegawaian Bappenas. Saya kumpulkan informasi mengenai berkas-berkas yang harus dipersiapkan. Selesai berdiskusi, saya dan Pratiwi ke toilet. Kami asyik berandai-andai menjadi pegawai sipil di kantor Kementerian Negara ini. Rasanya kalau kita KP di sini bayangannya bakal jadi eksmud-eksmud yang tiap pulang kerja selalu menyempatkan diri ‘makan-minum cantik’ di mal-mal Jakarta, seperti GI dan Sency. Hahaha sudah heboh saja bayangan kita saat itu.



Waktu pun terus bergulir. Dan saya pun ternyata masih berada di ambang kegalauan memilih IKP yang hendak dituju. Suatu ketika di studio slemania, banyak anak-anak yang ramai membicarakan rencana KP (tentunya, sembari liburan hahaha) di beberapa konsultan perencanaan di Bali. Wah nampaknya asyik sekali kalau bisa KP sambil liburan ya pikir saya. Namun saya sendiri tidak pernah kepikiran untuk KP di luar kota, terlebih di Bali. Rasanya sangat tidak memungkinkan saja, sudah jaraknya sangat jauh, sepertinya kalau KP di sana akan memakan biaya yang tidak sedikit alias banyak. Pasti orangtua saya juga kelabakan membiayai kehidupan saya selama di sana. Ah, cepat-cepat saya mengubur pikiran untuk KP di Bali.

Namun semakin hari ide ingin mencoba sesuatu yang baru; bisa tinggal di daerah baru dan mengarungi segala pengalaman baru yang sudah pasti seru di daerah tersebut; kerap kali muncul mendatangi pikiran saya. Alangkah serunya jika saya dapat mengambil kesempatan KP di Bali. Apalagi kesempatan KP ini hanya datang sekali saja selama masa kuliah. Sudah seharusnya saya cari pengalaman yang baru seperti halnya KP ini, betapa menantangnya jika saya mampu beradaptasi meninggali suatu daerah baru untuk beberapa bulan dan menjalani aktifitas kerja sembari liburan di daerah tersebut. Pertimbangan saya tersebut juga didukung dengan beberapa masukan senior yang menyarankan kalau mau KP mendingan di luar kota saja. Hum, makin-makin saya dibuat galau dalam memilih IKP.



Oke, waktu semakin mendekati ujian akhir semester, hal ini menandakan sudah saatnya menetapkan IKP pilihan. Adalah hari dimana saya sengaja mengasingkan diri dari keramaian publik untuk berpikir keras demi memilih IKP yang hendak dituju nanti. Saya pertimbangkan segala peluang yang ada secara masak-masak. Berikut saya kumpulkan beberapa daftar kelebihan dan kekurangan dari masing-masing calon IKP yang saya inginkan.

Daerah dan Instansi Kerja Praktek
Jakarta
Bali
(Bappenas)
(Konsultan Perencanaan)
Kelebihan
1. Dekat dengan rumah, bisa meluangkan waktu lebih banyak dengan keluarga dan kerabat ketika akhir pekan tiba
1. Bisa kerja sambil refreshing berlibur menyusuri ke tempat-tempat wisata di Bali yang belum pernah saya kunjungi sebelumnya
2. Lebih ekonomis, tidak perlu mengeluarkan modal banyak untuk akomodasi dan transportasi serta konsumsi (jelas karena semua dapat disediakan dari rumah sendiri)
2. Dapat kesempatan mengenal daerah baru dengan segala budaya, lingkungan, aktifitas, dan masyarakat di dalamnya
3. Bidang pemerintahan biasanya cukup aman
3. Pemilik instansi ini alumni planologi ITB juga sehingga cukup mudah mendapatkan akses mendaftar sebagai praktikan di sana
Kekurangan
1. Sudah terlalu begah dengan keruwetan dan kemacetan Jakarta yang rentan mengundang stress
1. Memakan biaya yang mahal; tiket pesawat, sewa kosan, sewa motor, belum lagi biaya hidup makan sehari-hari
2. Merasa kurang berkembang kalau hanya mengenal kota ini melulu
2. Jauh dari orang tua, khawatir akan hal-hal yang tidak diinginkan terjadi kemudian bingung bagaimana pulangnya lantaran jarak jauh
3. Denger-denger sih ga dapet gaji (?)


Hasil dari pertimbangan saya tersebut saya diskusikan pula dengan kedua orangtua saya. Kala itu saya tidak sempat pulang ke rumah. Alhasil diskusi berlangsung melalui telefon. Saya jelaskan saya memiliki dua pilihan IKP, pertama di Bappenas Jakarta dan kedua di konsultan perencanaan Bali, beserta alasan kelebihan dan kekurangan dari tiap-tiap IKP tersebut. Saya utarakan pula, bahwa sesungguhnya saya lebih cenderung menyukai pilihan yang kedua berhubung saya termasuk anak yang gemar mencoba sesuatu hal baru, alangkah gembira jika saya dapat diizinkan pergi KP ke Bali dan dapat mencoba pengalaman-pengalaman baru nantinya. Di samping itu saya juga menyatakan kesediaan untuk mengurungkan niat kepergian jika orangtua saya ternyata kurang setuju dengan pilihan saya itu karena terkait masalah pendanaan.

Namun tak disangka-sangka, ternyata orangtua saya dengan hangat mempersilahkan saya memilih apa yang menjadi pilihan saya, yakni untuk mewujudkan mimpi-mimpi saya untuk dapat mengenyam kesempatan kerja praktek di tanah dewata itu. Betapa bahagianya saya mendengar persetujuan mereka! Dan kekhawatiran terhadap masalah biaya saya tidak perlu risau, dengan suara yang menenangkan, orangtua saya mengatakan akan dengan segenap upaya mengirimkan uang selama penghidupan saya di Bali nanti. Saya hanya perlu fokus terhadap pekerjaan yang harus dikerjakan selama menjadi praktikan di tempat saya kerja nanti. Saya tidak bisa lebih bersyukur dari ini, mempunyai orangtua yang sangat supportif terhadap anaknya. Terima kasih banyak mah, pah :’). Oke, izin dan persetujuan orangtua sudah di dapat, saatnya menyiapkan segala berkas yang dibutuhkan untuk mencapai tahap penerimaan praktikan di IKP yang dituju.



Oh, dan sementara itu fix-lah tercipta sekelompok anak-anak Planologi '10 yang memilih Bali sebagai daerah tempat KP nanti yang dinamakan 'Genk Bali'. Di genk pertama yang melamar di PT. Wartha Bakti Mandala ada Irene Sarah, Samuella Magdalena, Utamining Suwito, Wahyu Anhaza, dan Umar Al Faruq. Di genk yang lain yang melamar di PT. Triangga Utama ada Gesti Saraswati, Retno Wuri Astuti, Trianti Maulida, Ridha Ghalis, dan Yonathan Kurniawan. Adapun Soraya Rizka melamar di BTDC Nusa Dua. Jadi total anak-anak Planologi '10 yang KP di Bali mencapai 11 orang. Dan kalau dilihat-lihat lagi, orang-orang tersebut termasuk saya sendiri, genk bali ini berasal dari mayoritas anak studio slemania lagi, studio slemania lagi, hahaha *udah kya reunian aja kita.

Sampai suatu ketika genk kp bali saya terlihat sudah mulai sibuk mengumpulkan berkas-berkas persyaratan seperti transkip nilai dan CV yang dikolektifkan ke Ella (Ella ini yang paling rajin mengingatkan kami semua untuk membuat berkas-berkas tersebut agar segera dikirimkan ke PT Wartha Bakti Mandala. Terima kasih Ella, sudah rajin mengingatkan kita semua :D). Lalu beberapa hari kemudian tibalah konfirmasi dari pihak PT Wartha Bakti Mandala yang memberikan kabar bahwa kami berlima diterima sebagai praktikan KP di sana. Alangkah bahagianya kami saat itu. Langsunglah kami bersiap merencanakan keberangkatan dengan naik pesawat. Saat itu saya mengingat, kira-kira habis isya di depan sekre himpunan tercinta kami duduk berlima mendiskusikan kapan tanggal keberangkatan sekaligus tanggal kepulangan. Berhubung naik pesawat, kami harus segera booking pemesanan tiket untuk meminimalkan biaya perjalanan. Setelah mendapatkan tanggal keberangkatan dan tanggal kepulangan yang pasti, kami berlima langsung bergegas ke kantor cabang AirAsia di Kartika Sari. Sesampai di sana ternyata kantornya sudah tutup -_-. Yasudah akhirnya kami hanya melihat-lihat toko kue di sana tanpa membeli apa-apa hahaha. Berjalan-jalan tanpa tujuan tidak jelas ditambah dengan adanya perasaan khawatir tarif pesawat akan segera naik, akhirnya kita memutuskan memesan tiket via online saat malam itu juga. Kami duduk berlima sambil memperhatikan hp Ella yang digunakan untuk memesan tiket via online. Ya, pemesanan telah selesai. Jadilah, kami akan berangkat ke Bali pada tanggal 29 Mei 2013 jam 21.30 WIB. Wuowuooo Bali sudah di depan mata gaaannn! :D



Saat libur semester ganjil tiba, saya memanfaatkan hari libur yang ada tersebut (sebelum keberangkatan KP) dengan pulang ke rumah. Sembari menyiapkan mental, saya benar-benar mendedikasikan diri saya untuk keluarga saya seperti membantu-bantu Mama dan Mbak Nok dalam merapikan barang dagangan Tupperware di toko rumah, berdiskusi berkualitas dengan Papa, bermain dengan adik tersayang Norman Fatahillah, hingga memomong keponakan-keponakan tersayang, Ofi dan Fathiya. Betul-betul memanfaatkan waktu berkualitas dengan seluruh anggota keluarga saya, saya jadi hampir tidak ada waktu untuk bermain dengan teman-teman yang lain hahaha. Ya berhubung hendak berpisah dengan jarak lumayan jauh di waktu yang cukup lama, saya sengaja memanfaatkan waktu libur yang tersisa itu hanya untuk keluarga saya tercinta.

Tanggal 29 Mei 2013 semakin mendekat, saya seharusnya berangkat ke Bandung pada tanggal 24 Mei, namun karena tiba-tiba saya jadi galau untuk meninggalkan rumah, saya tunda berangkat besoknya. Namun keesokan harinya, saya malah semakin galau. Entah pikiran saya kalut karena mau meninggalkan rumah untuk waktu yang cukup lama. Mana perginya lumayan jauh, ke Bali. Saya takut kalau suatu saat di rumah terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, lalu saya harus pulang ke rumah dari Bali dengan memakan biaya yang pasti tidak murah karena harus memakai pesawat untuk PP. Hah sediiihhh :(. Pikiran negatif tersebut sukses menahan saya untuk galau meninggalkan rumah. Saya pun menceritakan tentang ketakutan saya ini ke orangtua saya. Namun mereka dengan yakinnya menguatkan dan memastikan bahwa tidak akan terjadi apa-apa. “Sudah nak, kamu tidak perlu takut berlebihan, karena insya Allah semua akan baik-baik saja. Papa dan Mama akan terus mendoakan kamu di sana, agar sehat selalu. Kamu pun juga harus turut membantu Papa dan Mama dengan mendoakan kami semua di rumah tetap sehat selalu.” Dengan wajah yang menguatkan dan memastikan, akhirnya Papa saya berhasil meyakinkan saya untuk kuat meninggalkan rumah. Saya pun memeluk kedua orang tua saya erat sambil menitikkan air mata.



Akhirnya setelah 5 hari terjebak dalam kekhawatiran belaka hingga harus menunda-nunda keberangkatan ke Bandung, pada pada malam hari tanggal 28 Mei 2013 saya pun meninggalkan Jakarta menuju Bandung. Sesampainya di sana, ternyata kosan saya sudah di kunci -_-. Saya pun menelfon Mining untuk membukakan pintu gerbang kosannya agar saya dapat menginap di tempat dia untuk malam itu. Bukannya langsung tidur, kami berdua malah ngobrol-ngobrol seru sampai larut subuh tentang kesiapan masing-masing dalam keberangkatan ke Bali. Hahaha excited sekali kami saat malam itu!

Oke, akhirnya pagi hari tanggal 29 Mei 2013 telah tiba! Habis bangun tidur, saya langsung beranjak ke kosan saya yang berjarak sangat dekat dari kosan Mining. *bahkan kepleset pun nyampe *lebeh lo. Sesampai di kamar saya, saya langsung bergegas packing semua perlengkapan seperti baju-baju formal, non-formal, baju tidur, baju lucu-lucu buat di pantai lengkap dengan topi pantainya (cie anak pantai mode: ON banget nih sis? Hahaha). Ditambah segala perintilan-perintilan yang harus dibawa seperti laptop, ATK, buku bacaan, de el el. Dan… jadilah, seluruh perlengkapan perang yang berhasil dipacking ke dalam dua buah koper besar! *buset mau pindahan banget mbak? -_-.

Magrib pun tiba. Taksi yang sudah dipesan Mining sebelumnya pun telah datang dan sebentar lagi sampai ke kosan saya. Setelah masuk ke dalam taksi, saya dan Mining meluncur ke kosannya Ella dulu. Di sana Ella sudah menunggu kami untuk menjemput dia. Setelah semua sudah terangkut, kami bertiga pun menuju Bandara Husein Sastranegara. Sesampainya di sana kami bertiga langsung check in. Namun ketika pemeriksaan bagasi ternyata koper punya Ella overweight berapa kilo gitu. Alhasil kami harus membongkar koper masing-masing untuk saling  berbagi beban bawaan agar merata sehingga bisa lolos pemeriksaan bagasi *yaelah, ribet banget ye AirAsia, perasaan kalau GI santai-santai aja deh *ya namanya juga maskapai sejuta umat, ya mau ga mau lo harus nurut peraturannya :) *iya, iya.

Sehabis lolos pemeriksaan bagasi, kami bertiga menunggu di ruang tunggu sambil ngobrol-ngobrol mengenai kelucuan pembongkaran koper kita masing-masing tadi. Lalu muncullah ide kalau kepulangan nanti lebih baik menambah jumlah bagasi biar tidak terjadi kejadian seperti itu lagi. Lagi asyik-asyik ngobrol, Wahyu pun tiba menghampiri kami. Dan… ternyata dia membawa cerita yang cukup lucu sekaligus menyedihkan. Ternyata dia kelebihan bagasi 1 kilo dan harus membayar denda sebesar Rp 120.000 untuk kelebihan bagasi tersebut. Hahaha pukpuk Wahyu :D. Oh iya, ketika itu kami juga bertemu dengan anak-anak Arsitektur ’10 yang hendak pergi ke Bali juga untuk liburan yang ternyata satu pesawat juga dengan kami. Oh, kalau Umar, dia masih di Qatar dan baru akan berangkat ke Bali beberapa hari lagi. Jadi hanya kami berempat, saya, Ella, Mining, dan Wahyu yang berangkat ke Bali dari Bandung.

Lalu pintu boarding pass pun dibuka, langsunglah kami semua mengantri di barisan untuk masuk ke dalam pesawat. Dengan perasaan campur aduk saya melangkahkan kaki menuju pesawat yang akan menerbangkan kami ke Bali. Aaaaakkkk saking excitednya saya sampe teriak kesenengan!!! XD. Ketika saya memasuki kabin pesawat, luntur sudah kekhawatiran saya sebelumnya tentang kepergian KP di Bali ini yang berjarak lumayan jauh dari rumah untuk waktu yang cukup lama. Yang ada hanyalah semangat yang membara dan rasa percaya diri yang mantap, bahwa saya siap mengarungi kehidupan KP saya di Bali nanti.

Sebelum take off, saya sempatkan menelefon orangtua saya, untuk memberitahukan mereka bahwa saya sudah di dalam pesawat dan akan segera berangkat menuju Bali. Saya memohon doa restu sebanyak-banyaknya, semoga kepergian KP saya ini akan selamat, lancar, dan sukses dari kedatangan hingga kepulangan nanti. Amin. Kemudian bunyilah peringatan untuk mematikan semua alat komunikasi dari sang operator kabin, saya langsung menyudahi pembicaraan dengan orangtua saya tersebut. Dengan penuh semangat dan percaya diri tinggi, saya memejamkan mata sambil berdoa agar semua rencana berjalan baik-baik saja. Bismillahirrahmanirrahiim…



…Akhirnya pesawat pun lepas landas. Dalam hati saya ucapkan, "Bye Bandung! See you very soon, Bali! :)"






Oke, sekian dulu cerita KP Bali episode 1 ini. Penasaran kelanjutan dari kisah perjalanan KP saya? Tunggu saja episode-episode selanjutnya yang akan datang ;)

X.O.X.O,
Irene Sarah