Di sela-sela hecticnya
pengerjaan LKP, saya jadi teringat perjalanan hebat dan penuh kesan yang mendalam
sebelum, selama, dan sesudah KP di liburan musim panas kemarin. Entah kenapa
saya malah jadi ingin bercerita tentang kisah KP saya itu ya. Hehehe. Pasti pada pengen tau kan? Langsung saja
deh, kali ini saya hendak menceritakan kisah KP saya di Bali, tepatnya di kota
Denpasar, bertempat di sebuah konsultan perencanaan bernama PT Wartha Bakti
Mandala.
Pada mulanya, saat sebulan sebelum keberangkatan KP, ketika itu trend obrolan anak-anak Planologi '10 yang terjadi di ruang-ruang kelas maupun studio adalah obrolan mengenai IKP
seperti “eh lo mau KP dimana?”, “eh lo udah dapet IKP belom?”, “eh di sini (IKP x) enak ga ya?”, dan masih banyak pertanyaan lainnya yang mengambang karena
saat itu memang pencerdasan mengenai KP ini masih dirasa kurang tergalakkan oleh
dosen. Ya memang kita harus mandiri mencari segala informasi sendiri, tidak melulu
disuapini sama dosen. Jadinya kami harus aktif mencari informasi entah dengan
browsing website IKP yang berkaitan atau bertanya langsung dengan senior-senior
di kampus. Walau demikian, kami pun tetap saja kebingungan mencari-cari IKP
yang ingin dipilih hahaha.
Saya pribadi pun sempat membatin sebenarnya produk dari mahluk
bernama KP ini apa sih, selain LKP dan tetek bengeknya. Terlebih lagi
kekhawatiran yang melanda diri saya saat itu adalah, pertanyaan apakah saya
mampu bertarung dengan mahluk ini? Apa saja yang harus saya persiapkan sebelum
saya bertarung dengan mahluk ini? Karena pikiran saya saat itu KP bagaikan
mahluk yang memiliki rupa seram *yaelah lebay deh lo -_-. Arti seram di sini
maksudnya keadaan ketika kita bakal dijejali tugas-tugas orang kantoran (baik
di bidang swasta atau pemerintahan), berinteraksi dan berdiskusi dengan orang
yang lebih tua, dan satu hal yang pasti adalah adanya tuntutan untuk bersikap
layaknya seorang yang professional, seakan kita sudah membawa gelar sarjana ini
namun pada kondisi percobaan yang bernama KP. Ya, intinya KP adalah dimana
kita, yang masih berstatus mahasiswa ini, keluar dari zona nyaman kita, zona
yang masih berkisar mengenai kehidupan perkampusan, dan ditantang (dilatih sih
lebih tepatnya, abis kata ‘ditantang’ kok kayaknya berat banget ye gan.
Yasudahlah sami mawon) untuk dapat mengarungi dunia kerja, sesuai dengan bidang
yang kita pelajari di akademisi masing-masing keahlian.
Huwah pusing gan. Ngebayangin keadaan yang seperti demikian acap
kali membuat hati ini tidak menyangka ketidakpercayaan betapa waktu bergerak
dengan cepat, hingga mendapati diri ini pun beranjak semakin tua dan dewasa, sudah saatnya
saya mulai membasahi diri dunia kerja dengan bersikap layaknya seorang pekerja
sesungguhnya! Baiklah, mari mulai focus me-list beberapa alternative IKP yang
saya akan pilih…
Awalnya saya memilih Bappenas dengan alasan sederhana, yakni agar
saya bisa meluangkan waktu lebih banyak bersama keluarga karena letak instansi
yang dituju masih berada di dalam kota. Saking berniatnya ingin KP di sana,
saya pun sampai mengunjungi kantor tersebut yang berada di dekat Masjid Sunda
Kalapa, Jakarta Pusat. Saya ditemani oleh sahabat saya sedari SMA, Pratiwi
Rope, mahasiswi S1 Fakultas Ekonomi UI yang kebetulan dia juga hendak
mencari-cari pengalaman kerja sampingan di sana. Saya menanyakan perihal
syarat-syarat untuk dapat KP di instansi tersebut dan saya pun
bertemu dengan Ibu Endah, Biro SDM Kepegawaian Bappenas. Saya kumpulkan
informasi mengenai berkas-berkas yang harus dipersiapkan. Selesai berdiskusi,
saya dan Pratiwi ke toilet. Kami asyik berandai-andai menjadi pegawai sipil di
kantor Kementerian Negara ini. Rasanya kalau kita KP di sini bayangannya bakal jadi eksmud-eksmud yang
tiap pulang kerja selalu menyempatkan diri ‘makan-minum cantik’ di mal-mal
Jakarta, seperti GI dan Sency. Hahaha sudah heboh saja bayangan kita saat itu.
Waktu pun terus bergulir. Dan saya pun ternyata masih berada di ambang
kegalauan memilih IKP yang hendak dituju. Suatu ketika di studio slemania,
banyak anak-anak yang ramai membicarakan rencana KP (tentunya, sembari liburan
hahaha) di beberapa konsultan perencanaan di Bali. Wah nampaknya asyik sekali kalau
bisa KP sambil liburan ya pikir saya. Namun saya sendiri tidak pernah kepikiran
untuk KP di luar kota, terlebih di Bali. Rasanya sangat tidak memungkinkan
saja, sudah jaraknya sangat jauh, sepertinya kalau KP di sana akan memakan
biaya yang tidak sedikit alias banyak. Pasti orangtua saya juga kelabakan
membiayai kehidupan saya selama di sana. Ah, cepat-cepat saya mengubur pikiran
untuk KP di Bali.
Namun semakin hari ide ingin mencoba sesuatu yang baru; bisa
tinggal di daerah baru dan mengarungi segala pengalaman baru yang sudah pasti
seru di daerah tersebut; kerap kali muncul mendatangi pikiran saya. Alangkah serunya
jika saya dapat mengambil kesempatan KP di Bali. Apalagi kesempatan KP ini
hanya datang sekali saja selama masa kuliah. Sudah seharusnya saya cari
pengalaman yang baru seperti halnya KP ini, betapa menantangnya jika saya mampu
beradaptasi meninggali suatu daerah baru untuk beberapa bulan dan menjalani
aktifitas kerja sembari liburan di daerah tersebut. Pertimbangan saya tersebut juga didukung dengan
beberapa masukan senior yang menyarankan kalau mau KP mendingan di luar kota
saja. Hum, makin-makin saya dibuat galau dalam memilih IKP.
Oke, waktu semakin mendekati ujian akhir semester, hal ini
menandakan sudah saatnya menetapkan IKP pilihan. Adalah hari dimana saya
sengaja mengasingkan diri dari keramaian publik untuk berpikir keras demi
memilih IKP yang hendak dituju nanti. Saya pertimbangkan segala peluang yang
ada secara masak-masak. Berikut saya kumpulkan beberapa daftar kelebihan dan
kekurangan dari masing-masing calon IKP yang saya inginkan.
Daerah dan Instansi Kerja Praktek
|
|
Jakarta
|
Bali
|
(Bappenas)
|
(Konsultan Perencanaan)
|
Kelebihan
|
|
1. Dekat dengan rumah,
bisa meluangkan waktu lebih banyak dengan keluarga dan kerabat ketika akhir
pekan tiba
|
1. Bisa kerja sambil
refreshing berlibur menyusuri ke tempat-tempat wisata di Bali yang belum
pernah saya kunjungi sebelumnya
|
2. Lebih ekonomis,
tidak perlu mengeluarkan modal banyak untuk akomodasi dan transportasi serta
konsumsi (jelas karena semua dapat disediakan dari rumah sendiri)
|
2. Dapat kesempatan
mengenal daerah baru dengan segala budaya, lingkungan, aktifitas, dan
masyarakat di dalamnya
|
3. Bidang pemerintahan
biasanya cukup aman
|
3. Pemilik instansi
ini alumni planologi ITB juga sehingga cukup mudah mendapatkan akses
mendaftar sebagai praktikan di sana
|
Kekurangan
|
|
1. Sudah terlalu begah
dengan keruwetan dan kemacetan Jakarta yang rentan mengundang stress
|
1. Memakan biaya yang
mahal; tiket pesawat, sewa kosan, sewa motor, belum lagi biaya
hidup makan sehari-hari
|
2. Merasa kurang
berkembang kalau hanya mengenal kota ini melulu
|
2. Jauh dari orang
tua, khawatir akan hal-hal yang tidak diinginkan terjadi kemudian bingung
bagaimana pulangnya lantaran jarak jauh
|
3. Denger-denger sih
ga dapet gaji (?)
|
Hasil dari pertimbangan saya tersebut saya diskusikan pula dengan
kedua orangtua saya. Kala itu saya tidak sempat pulang ke rumah. Alhasil
diskusi berlangsung melalui telefon. Saya jelaskan saya memiliki dua pilihan IKP,
pertama di Bappenas Jakarta dan kedua di konsultan perencanaan Bali, beserta
alasan kelebihan dan kekurangan dari tiap-tiap IKP tersebut. Saya utarakan
pula, bahwa sesungguhnya saya lebih cenderung menyukai pilihan yang kedua
berhubung saya termasuk anak yang gemar mencoba sesuatu hal baru, alangkah
gembira jika saya dapat diizinkan pergi KP ke Bali dan dapat mencoba
pengalaman-pengalaman baru nantinya. Di samping itu saya juga menyatakan kesediaan untuk mengurungkan niat kepergian jika orangtua saya ternyata kurang setuju dengan pilihan
saya itu karena terkait masalah pendanaan.
Namun tak disangka-sangka, ternyata orangtua saya dengan hangat mempersilahkan saya memilih apa yang menjadi pilihan saya, yakni untuk mewujudkan
mimpi-mimpi saya untuk dapat mengenyam kesempatan kerja praktek di tanah dewata
itu. Betapa bahagianya saya mendengar persetujuan mereka! Dan kekhawatiran
terhadap masalah biaya saya tidak perlu risau, dengan suara yang menenangkan,
orangtua saya mengatakan akan dengan segenap upaya mengirimkan uang selama penghidupan
saya di Bali nanti. Saya hanya perlu fokus terhadap pekerjaan yang harus
dikerjakan selama menjadi praktikan di tempat saya kerja nanti. Saya tidak bisa
lebih bersyukur dari ini, mempunyai orangtua yang sangat supportif terhadap
anaknya. Terima kasih banyak mah, pah :’). Oke, izin dan persetujuan orangtua
sudah di dapat, saatnya menyiapkan segala berkas yang dibutuhkan untuk mencapai
tahap penerimaan praktikan di IKP yang dituju.
Oh, dan sementara itu fix-lah tercipta sekelompok anak-anak Planologi '10 yang memilih
Bali sebagai daerah tempat KP nanti yang dinamakan 'Genk Bali'. Di genk pertama yang melamar
di PT. Wartha Bakti Mandala ada Irene Sarah, Samuella Magdalena, Utamining
Suwito, Wahyu Anhaza, dan Umar Al Faruq. Di genk yang lain yang melamar di PT.
Triangga Utama ada Gesti Saraswati, Retno Wuri Astuti, Trianti Maulida, Ridha
Ghalis, dan Yonathan Kurniawan. Adapun Soraya Rizka melamar di BTDC Nusa Dua.
Jadi total anak-anak Planologi '10 yang KP di Bali mencapai 11 orang. Dan
kalau dilihat-lihat lagi, orang-orang tersebut termasuk saya sendiri, genk bali
ini berasal dari mayoritas anak studio slemania lagi, studio slemania lagi,
hahaha *udah kya reunian aja kita.
Sampai suatu ketika genk kp bali saya terlihat sudah mulai sibuk
mengumpulkan berkas-berkas persyaratan seperti transkip nilai dan CV yang
dikolektifkan ke Ella (Ella ini yang paling rajin mengingatkan kami semua untuk
membuat berkas-berkas tersebut agar segera dikirimkan ke PT Wartha Bakti
Mandala. Terima kasih Ella, sudah rajin mengingatkan kita semua :D). Lalu
beberapa hari kemudian tibalah konfirmasi dari pihak PT Wartha Bakti Mandala
yang memberikan kabar bahwa kami berlima diterima sebagai praktikan KP di sana.
Alangkah bahagianya kami saat itu. Langsunglah kami bersiap merencanakan
keberangkatan dengan naik pesawat. Saat itu saya mengingat, kira-kira habis
isya di depan sekre himpunan tercinta kami duduk berlima mendiskusikan kapan tanggal
keberangkatan sekaligus tanggal kepulangan. Berhubung naik pesawat, kami harus
segera booking pemesanan tiket untuk meminimalkan biaya perjalanan. Setelah
mendapatkan tanggal keberangkatan dan tanggal kepulangan yang pasti, kami
berlima langsung bergegas ke kantor cabang AirAsia di Kartika Sari. Sesampai di
sana ternyata kantornya sudah tutup -_-. Yasudah akhirnya kami hanya
melihat-lihat toko kue di sana tanpa membeli apa-apa hahaha. Berjalan-jalan
tanpa tujuan tidak jelas ditambah dengan adanya perasaan khawatir tarif pesawat
akan segera naik, akhirnya kita memutuskan memesan tiket via online saat malam
itu juga. Kami duduk berlima sambil memperhatikan hp Ella yang digunakan untuk
memesan tiket via online. Ya, pemesanan telah selesai. Jadilah, kami akan berangkat ke
Bali pada tanggal 29 Mei 2013 jam 21.30 WIB. Wuowuooo Bali sudah di depan mata
gaaannn! :D
Saat libur semester ganjil tiba, saya memanfaatkan hari libur
yang ada tersebut (sebelum keberangkatan KP) dengan pulang ke rumah. Sembari menyiapkan
mental, saya benar-benar mendedikasikan diri saya untuk keluarga saya seperti membantu-bantu
Mama dan Mbak Nok dalam merapikan barang dagangan Tupperware di toko rumah, berdiskusi
berkualitas dengan Papa, bermain dengan adik tersayang Norman Fatahillah, hingga memomong
keponakan-keponakan tersayang, Ofi dan Fathiya. Betul-betul memanfaatkan waktu
berkualitas dengan seluruh anggota keluarga saya, saya jadi hampir tidak ada
waktu untuk bermain dengan teman-teman yang lain hahaha. Ya berhubung hendak berpisah
dengan jarak lumayan jauh di waktu yang cukup lama, saya sengaja memanfaatkan
waktu libur yang tersisa itu hanya untuk keluarga saya tercinta.
Tanggal 29 Mei 2013 semakin mendekat, saya seharusnya berangkat ke
Bandung pada tanggal 24 Mei, namun karena tiba-tiba saya jadi galau untuk
meninggalkan rumah, saya tunda berangkat besoknya. Namun keesokan harinya, saya malah semakin galau. Entah pikiran saya kalut karena mau meninggalkan rumah untuk
waktu yang cukup lama. Mana perginya lumayan jauh, ke Bali. Saya takut kalau
suatu saat di rumah terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, lalu saya harus
pulang ke rumah dari Bali dengan memakan biaya yang pasti tidak murah karena
harus memakai pesawat untuk PP. Hah sediiihhh :(. Pikiran negatif tersebut
sukses menahan saya untuk galau meninggalkan rumah. Saya pun menceritakan
tentang ketakutan saya ini ke orangtua saya. Namun mereka dengan yakinnya
menguatkan dan memastikan bahwa tidak akan terjadi apa-apa. “Sudah nak, kamu
tidak perlu takut berlebihan, karena insya Allah semua akan baik-baik saja.
Papa dan Mama akan terus mendoakan kamu di sana, agar sehat selalu. Kamu pun juga
harus turut membantu Papa dan Mama dengan mendoakan kami semua di rumah tetap sehat
selalu.” Dengan wajah yang menguatkan dan memastikan, akhirnya Papa saya
berhasil meyakinkan saya untuk kuat meninggalkan rumah. Saya pun memeluk kedua
orang tua saya erat sambil menitikkan air mata.
Akhirnya setelah 5 hari terjebak dalam kekhawatiran belaka hingga
harus menunda-nunda keberangkatan ke Bandung, pada pada malam hari tanggal 28
Mei 2013 saya pun meninggalkan Jakarta menuju Bandung. Sesampainya di sana, ternyata kosan
saya sudah di kunci -_-. Saya pun menelfon Mining untuk membukakan pintu
gerbang kosannya agar saya dapat menginap di tempat dia untuk malam itu.
Bukannya langsung tidur, kami berdua malah ngobrol-ngobrol seru sampai larut
subuh tentang kesiapan masing-masing dalam keberangkatan ke Bali. Hahaha
excited sekali kami saat malam itu!
Oke, akhirnya pagi hari tanggal 29 Mei 2013 telah tiba! Habis
bangun tidur, saya langsung beranjak ke kosan saya yang berjarak sangat dekat
dari kosan Mining. *bahkan kepleset pun nyampe *lebeh lo. Sesampai di kamar
saya, saya langsung bergegas packing semua perlengkapan seperti baju-baju
formal, non-formal, baju tidur, baju lucu-lucu buat di pantai lengkap dengan
topi pantainya (cie anak pantai mode: ON banget nih sis? Hahaha). Ditambah segala
perintilan-perintilan yang harus dibawa seperti laptop, ATK, buku bacaan, de el el. Dan… jadilah, seluruh perlengkapan perang yang berhasil dipacking ke
dalam dua buah koper besar! *buset mau pindahan banget mbak? -_-.
Magrib pun tiba. Taksi yang sudah dipesan Mining sebelumnya pun
telah datang dan sebentar lagi sampai ke kosan saya. Setelah masuk ke dalam
taksi, saya dan Mining meluncur ke kosannya Ella dulu. Di sana Ella sudah
menunggu kami untuk menjemput dia. Setelah semua sudah terangkut, kami bertiga
pun menuju Bandara Husein Sastranegara. Sesampainya di sana kami bertiga
langsung check in. Namun ketika pemeriksaan bagasi ternyata koper punya Ella
overweight berapa kilo gitu. Alhasil kami harus membongkar koper masing-masing
untuk saling berbagi beban bawaan agar merata sehingga bisa lolos
pemeriksaan bagasi *yaelah, ribet banget ye AirAsia, perasaan kalau GI
santai-santai aja deh *ya namanya juga maskapai sejuta umat, ya mau ga mau lo
harus nurut peraturannya :) *iya, iya.
Sehabis lolos pemeriksaan bagasi, kami bertiga menunggu di ruang
tunggu sambil ngobrol-ngobrol mengenai kelucuan pembongkaran koper kita
masing-masing tadi. Lalu muncullah ide kalau kepulangan nanti lebih baik
menambah jumlah bagasi biar tidak terjadi kejadian seperti itu lagi. Lagi asyik-asyik
ngobrol, Wahyu pun tiba menghampiri kami. Dan… ternyata dia membawa cerita yang
cukup lucu sekaligus menyedihkan. Ternyata dia kelebihan bagasi 1 kilo dan
harus membayar denda sebesar Rp 120.000 untuk kelebihan bagasi tersebut. Hahaha
pukpuk Wahyu :D. Oh iya, ketika itu kami juga bertemu dengan anak-anak
Arsitektur ’10 yang hendak pergi ke Bali juga untuk liburan yang ternyata satu
pesawat juga dengan kami. Oh, kalau Umar, dia masih di Qatar dan baru akan
berangkat ke Bali beberapa hari lagi. Jadi hanya kami berempat, saya, Ella,
Mining, dan Wahyu yang berangkat ke Bali dari Bandung.
Lalu pintu boarding pass pun dibuka, langsunglah kami semua
mengantri di barisan untuk masuk ke dalam pesawat. Dengan perasaan campur aduk saya
melangkahkan kaki menuju pesawat yang akan menerbangkan kami ke Bali. Aaaaakkkk
saking excitednya saya sampe teriak kesenengan!!! XD. Ketika saya memasuki
kabin pesawat, luntur sudah kekhawatiran saya sebelumnya tentang kepergian KP
di Bali ini yang berjarak lumayan jauh dari rumah untuk waktu yang cukup lama.
Yang ada hanyalah semangat yang membara dan rasa percaya diri yang
mantap, bahwa saya siap mengarungi kehidupan KP saya di Bali nanti.
Sebelum take off, saya sempatkan menelefon orangtua saya, untuk
memberitahukan mereka bahwa saya sudah di dalam pesawat dan akan segera berangkat menuju Bali. Saya memohon doa restu sebanyak-banyaknya, semoga kepergian KP saya ini
akan selamat, lancar, dan sukses dari kedatangan hingga kepulangan nanti. Amin.
Kemudian bunyilah peringatan untuk mematikan semua alat komunikasi dari sang operator kabin, saya langsung
menyudahi pembicaraan dengan orangtua saya tersebut. Dengan penuh semangat dan percaya
diri tinggi, saya memejamkan mata sambil berdoa agar semua rencana berjalan baik-baik saja. Bismillahirrahmanirrahiim…
…Akhirnya pesawat pun lepas
landas. Dalam hati saya ucapkan, "Bye Bandung! See you very soon, Bali! :)"
Oke, sekian
dulu cerita KP Bali episode 1 ini. Penasaran kelanjutan dari kisah perjalanan KP
saya? Tunggu saja episode-episode selanjutnya yang akan datang ;)
X.O.X.O,
Irene Sarah ♥
X.O.X.O,
Irene Sarah ♥
No comments:
Post a Comment